Subscribe:
<>

Jumat, 21 Oktober 2011

Louder Than Life

Louder than life merupakan judul album Sidney Mohede, dimana ia berkolaborasi dengan banyak artis. Sungguh suatu album yang hebat sekali, dengan berbagai macam aliran musik di dalamnya. Dan album ini merupakan salah satu album favorit saya. Bukan hanya karena musiknya, bukan hanya karena lagu pujian di dalamnya, namun juga karena judul album ini memberikan inspirasi bagi saya. Ketika pertama kali saya mendengar ungkapan louder than life, saya agak bingung, apanya yang lebih keras dari hidup? Sampai suatu ketika saya diberi pengertian bahwa louder than life itu menggambarkan bagaimana suara Tuhan itu harus kita pasang pada volume tertinggi dalam hidup kita, agar kita lebih mendengarkan suara Tuhan daripada mendengar suara-suara lain dalam hidup kita.

Saya ingin berbagi pengalaman hidup saya dengan Saudara. Saya adalah seorang anak yang semenjak kecilnya rajin pergi beribadah ke gereja. Sudah belajar melayani Tuhan semenjak kecil, meski bukan anak seorang hamba Tuhan, namun saya sangat senang melayani Tuhan. Namun Saudara, seberapa kita rajin beribadah, seberapa besar pelayanan kita kepada-Nya, tidak dapat menjadi tolok ukur ketaatan kita dalam melakukan firman Tuhan dalam hidup kita. Saya merasakannya dalam hidup saya dahulu, setiap minggu melayani Tuhan, namun pada hari-hari biasa, hal-hal duniawi juga saya lakukan. Saya hanya memasang suara Tuhan pada volume tertinggi pada hari Minggu saja, sedangkan pada hari-hari lain saya lebih mendengarkan apa yang menjadi kesenangan saya. Hal seperti ini juga masih banyak menjangkiti anak-anak Tuhan, dan kalau kita membiarkan hal itu terus berlanjut, keselamatan itu akan hilang. Beberapa tahun yang lalu, ketika saya masih belum hidup dalam pertobatan yang sungguh, saya berhubungan dengan seorang perempuan yang berbeda keyakinan. Hubungan kami ini didasari dengan cinta yang salah menurut firman, namun cinta yang lazim bagi anak-anak dunia jaman sekarang. Saat itu, volume suara Tuhan hampir-hampir tidak pernah saya pasang keras, sampai-sampai saya datang ke gereja dan melayani itu hanya seperti sebuah rutinitas di hari Minggu. Setiap kali firman Tuhan disampaikan, saya duduk di luar gereja dan tidak memperhatikan khotbah gembala saya, suara Tuhan sudah benar-benar saya acuhkan karena volume suara dunia itu sudah mempengaruhi hidup saya. Dan perlu Saudara ketahui, kita tidak dapat mengeraskan dua volume suara sekaligus, karena itu pasti akan kacau sekali, seperti menonton TV, namun di belakang kita sedang ada konser musik rock, suaranya pasti kacau sekali. Dan dalam hidup kita pun, kita juga hanya bisa memilih mana yang akan lebih kita dengarkan, suara Tuhan, atau suara dunia. Kembali lagi ke kisah saya tadi, hampir setengah tahun kami menjalani hubungan kami, dan tentu saja hubungan saya dengan Tuhan menjadi terabaikan. Jujur saja, itu adalah pacaran terlama yang pernah saya jalani, justru dengan orang yang tidak seiman, dan Saudara tahu apa sebabnya? Karena saya telah termakan dengan filsafat kosong si Iblis tentang cinta. Dan hal itu berakibat hampir saja saya meninggalkan Tuhan, hampir saja saya berpindah keyakinan hanya karena cinta. Namun Tuhan itu baik, kalau Tuhan sudah memilih dan menetapkan saya untuk melayani, maka Ia akan melakukan berbagai cara untuk membuat saya kembali kepada-Nya. Singkat cerita, akhirnya pacar saya itu pindah ke Jakarta, beberapa hari saya merasa sedih karena merasa kehilangan dia. Setelah itu saya mulai kenal dengan persekutuan di GSII EL-Adonnai, dan disini Tuhan ‘memaksa’ saya untuk selalu mendengarkan suara-Nya, karena di tempat ini karunia-karunia Tuhan bekerja begitu luar biasa, sehingga saya menyadari kebodohan saya yang selama ini lebih mendengarkan suara dunia. Tuhan melepaskan saya dari jerat si Iblis dan saat ini saya bersyukur saya dapat tetap berdiri untuk melayani-Nya. Meski saya harus bayar harga, saya akan terus mengikuti dan melakukan apa yang Tuhan mau dalam hidup saya.

Namun, belakangan ini saya malah mendapatkan beberapa undangan pernikahan teman saya, dan mereka semua menjual iman mereka hanya karena cinta. Saya menangis di hadapan Tuhan, sampai-sampai saya berkata mengapa Tuhan hanya membuat saya saja yang sadar? Mengapa Tuhan tidak membuat mereka tersadar juga? Lalu Tuhan memberi pengertian, bahwa itu semua adalah pilihan mereka. Bagaimana bisa mereka sadar, bagaimana bisa mereka berbalik, kalau volume suara Tuhan tidak pernah mereka pasang? Kalau yang mereka dengarkan itu hanya suara dunia? Keinginan mereka sendiri? Sesungguhnya Saudara, Tuhan kita itu bukanlah Allah yang otoriter, Tuhan ingin kita sendiri yang membuka hati kita untuk lebih mendengarkan suaraNya dalam hidup kita. Tuhan juga ingin melihat hati kita, apakah kita sungguh mengasihi-Nya, lebih dari apapun di dunia ini. Saat ini saya mengajak Saudara untuk membuka hati, mari kita mulai perkeras volume suara Tuhan dalam hidup kita. Sedalam apapun kita jatuh, sekelam apapun hidup kita, mari kita buka hati kita lagi untuk suara Tuhan itu masuk dalam hidup kita. Dengarlah, dengarlah suara-Nya yang memanggil Saudara. Jangan lagi menutupi suara Tuhan dengan suara-suara dunia, make His voice louder than life! Seek Him, and we shall live! (Amos 5:4b)

0 komentar:

Posting Komentar

Bagi yang tidak mempunyai akun Facebook, bisa memberi comment di sini, namun diharapkan memberikan identitas yang jelas agar bisa menjadi berkat bagi kita semua. Tuhan memberkati.