Subscribe:
<>

Sabtu, 21 Januari 2012

Dr. THOMAS JOHN BARNARDO (1845 -- 1905)



Thomas John Barnardo adalah pria Inggris yang murah hati. Dia adalah seorang pendiri sekaligus direktur "rumah penampungan anak-anak telantar", yang lahir di Dublin, Irlandia, pada tahun 1845. Ayahnya berasal dari Spanyol dan ibunya dari Inggris. Dengan niat untuk memenuhi persyaratan dalam pelayanan misi di bidang kesehatan di China, dia pun belajar kedokteran di Rumah Sakit London. Setelah itu, dia melanjutkan ke Paris dan Edinburgh. Di sana, dia menerima beasiswa dari Royal College of Surgeons.

Tugas medisnya di ujung Timur London selama wabah kolera pada tahun 1865 itulah, yang pada awalnya menarik perhatiannya kepada sejumlah besar gelandangan dan anak telantar di kota-kota di Inggris. Setelah dikuatkan oleh dukungan Earl Shaftesbury VII dan Earl Dairns I, dia meninggalkan ambisi awalnya dalam pekerjaan misi asing, dan memulai apa yang harus dibuktikan sebagai karya hidupnya. "Rumah penampungan Dr. Barnardo" yang pertama, dibuka pada tahun 1867 di Stepney Causeway, London. Sejak saat itu, pekerjaannya terus berkembang. Sampai pada saat kematian sang pendiri, yaitu tahun 1905, ada sekitar 112 "rumah penampungan" daerah, selain cabang-cabang pelayanan misi, di seluruh Inggris Raya.

Sasaran utama yang mendasari dibukanya yayasan-yayasan tersebut adalah untuk mencari dan menampung anak-anak telantar dan yatim piatu untuk diberi makanan, pakaian, pendidikan, dan jika memungkinkan, diberi pelatihan industri yang cocok untuk tiap-tiap anak. Prinsip yang diterapkan adalah keanggotaan bebas dan segera, tanpa ada pembatasan usia atau jenis kelamin, agama atau kebangsaan. Baik anak bertubuh sehat maupun anak dengan penyakit yang tidak dapat disembuhkan sama-sama ditampung. Satu-satunya syarat pokok adalah dia dalam keadaan telantar. Sistem yang diterapkan dalam yayasan ini secara umum adalah sebagai berikut:
1. bayi dan anak-anak "ditempatkan" di wilayah pedesaan,
2. anak-anak perempuan di atas usia 14 tahun, dikirim ke rumah pelatihan industri untuk diajari pekerjaan-pekerjaan rumah tangga yang berguna,
3. anak-anak laki-laki di atas usia 17 tahun, awalnya diuji di rumah pelatihan industri lalu dipekerjakan di rumah-rumah, di laut, atau di luar negeri, dan
4. anak-anak dengan usia antara 13 dan 17 tahun, dilatih untuk berbagai pekerjaan yang cocok dengan kondisi mental dan fisik mereka.

Selain berbagai cabang yang diperlukan untuk pekerjaan di atas, ada juga yayasan-yayasan lain seperti tempat penampungan untuk anak-anak perempuan yang terancam, rumah pemulihan bagi orang sakit yang berada di tepi laut, dan rumah perawatan bagi orang sakit. Pada tahun 1872, didirikan rumah perkampungan bagi anak-anak perempuan di Barkingside, dekat Ilford, yang memiliki gereja dan sanatorium sendiri. Di antara 60-70 rumah pondokan, dibangunlah sebuah "kota taman" dan di sanalah Barnardo dimakamkan. Pada tahun 1901, karena kemurahan E. H. Watts, sekolah kelautan didirikan di Elmham Utara, dekat Norwich. Di tempat itulah anak-anak laki-laki dari rumah penampungan dipanggil untuk ikut wajib militer dan dilatih untuk menjadi anggota angkatan laut, serta anggota armada laut di bidang perniagaan. Hal yang dianggap paling berguna di antara berbagai hal yang dilakukan Barnardo adalah sistem emigrasi. Ribuan anak laki-laki dan perempuan telah dikirim ke negara-negara jajahan Inggris, sebagian besar dikirim ke Kanada, tempat dibangunnya pusat penyaluran di Toronto dan Winnipeg, dan ke lahan industri yang luasnya kira-kira 3.200 hektar di dekat Russell di Manitoba. Fakta bahwa anak-anak yang mengalami kegagalan di Kanada tidak mencapai 2 persen, membuktikan pernyataan Barnardo bahwa "apabila anak-anak dari daerah kumuh dapat dipindahkan cukup dini dari lingkungan mereka dan diasuh cukup lama dengan diberi pelatihan, maka faktor keturunan hanya berpengaruh sedikit, sedangkan faktor lingkungan hampir menentukan semua hal."

Pada tahun 1899, berbagai yayasan dan organisasi digabungkan secara hukum dengan nama "The National Association for the reclamation of Destitute Waif Children", namun yayasan tersebut lebih dikenal dengan nama "Rumah Penampungan Dr. Barnardo". Barnardo memberi penekanan yang kuat pada pengajaran agama bagi anak-anak asuhannya. Tiap-tiap anak dibesarkan di bawah pengaruh dan pengajaran denominasi orang tua mereka. Rumah penampungan tersebut dibagi menjadi 2 bagian untuk pengajaran agama, yaitu menurut Gereja Inggris dan menurut Kaum Nonkonformis. Masing-masing anak dari keluarga penganut Yahudi dan Katolik Roma, jika memungkinkan, diserahkan kepada pengawasan Dewan Wali Yahudi di London dan institusi-institusi Katolik Roma.

Dari awal pendirian rumah penampungan pada tahun 1867 sampai dengan kematian Barnardo, ada sekitar 60.000 anak yang berhasil diselamatkan, dilatih, dan ditempatkan di masyarakat. Barnardo meninggal karena mengalami kejang jantung di London, pada tanggal 19 September 1905. Peringatan nasional pun diadakan untuk mengumpulkan dana sebesar 250.000 poundsterling untuk menutup kekurangan dana di berbagai yayasan dan menetapkan seluruh kegiatan secara permanen. Dr. William Baker, mantan ketua dewan, dipilih untuk menggantikan Barnardo sebagai direktur. Barnardo juga menjadi penulis banyak buku yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan amal, yang menjadi tempat untuk mengabdikan hidupnya.

Pelayanan Thomas Barnardo masih dilanjutkan hingga kini oleh yayasan amal Barnardo. _Sumber : Sabda.org

Jumat, 21 Oktober 2011

Louder Than Life

Louder than life merupakan judul album Sidney Mohede, dimana ia berkolaborasi dengan banyak artis. Sungguh suatu album yang hebat sekali, dengan berbagai macam aliran musik di dalamnya. Dan album ini merupakan salah satu album favorit saya. Bukan hanya karena musiknya, bukan hanya karena lagu pujian di dalamnya, namun juga karena judul album ini memberikan inspirasi bagi saya. Ketika pertama kali saya mendengar ungkapan louder than life, saya agak bingung, apanya yang lebih keras dari hidup? Sampai suatu ketika saya diberi pengertian bahwa louder than life itu menggambarkan bagaimana suara Tuhan itu harus kita pasang pada volume tertinggi dalam hidup kita, agar kita lebih mendengarkan suara Tuhan daripada mendengar suara-suara lain dalam hidup kita.

Saya ingin berbagi pengalaman hidup saya dengan Saudara. Saya adalah seorang anak yang semenjak kecilnya rajin pergi beribadah ke gereja. Sudah belajar melayani Tuhan semenjak kecil, meski bukan anak seorang hamba Tuhan, namun saya sangat senang melayani Tuhan. Namun Saudara, seberapa kita rajin beribadah, seberapa besar pelayanan kita kepada-Nya, tidak dapat menjadi tolok ukur ketaatan kita dalam melakukan firman Tuhan dalam hidup kita. Saya merasakannya dalam hidup saya dahulu, setiap minggu melayani Tuhan, namun pada hari-hari biasa, hal-hal duniawi juga saya lakukan. Saya hanya memasang suara Tuhan pada volume tertinggi pada hari Minggu saja, sedangkan pada hari-hari lain saya lebih mendengarkan apa yang menjadi kesenangan saya. Hal seperti ini juga masih banyak menjangkiti anak-anak Tuhan, dan kalau kita membiarkan hal itu terus berlanjut, keselamatan itu akan hilang. Beberapa tahun yang lalu, ketika saya masih belum hidup dalam pertobatan yang sungguh, saya berhubungan dengan seorang perempuan yang berbeda keyakinan. Hubungan kami ini didasari dengan cinta yang salah menurut firman, namun cinta yang lazim bagi anak-anak dunia jaman sekarang. Saat itu, volume suara Tuhan hampir-hampir tidak pernah saya pasang keras, sampai-sampai saya datang ke gereja dan melayani itu hanya seperti sebuah rutinitas di hari Minggu. Setiap kali firman Tuhan disampaikan, saya duduk di luar gereja dan tidak memperhatikan khotbah gembala saya, suara Tuhan sudah benar-benar saya acuhkan karena volume suara dunia itu sudah mempengaruhi hidup saya. Dan perlu Saudara ketahui, kita tidak dapat mengeraskan dua volume suara sekaligus, karena itu pasti akan kacau sekali, seperti menonton TV, namun di belakang kita sedang ada konser musik rock, suaranya pasti kacau sekali. Dan dalam hidup kita pun, kita juga hanya bisa memilih mana yang akan lebih kita dengarkan, suara Tuhan, atau suara dunia. Kembali lagi ke kisah saya tadi, hampir setengah tahun kami menjalani hubungan kami, dan tentu saja hubungan saya dengan Tuhan menjadi terabaikan. Jujur saja, itu adalah pacaran terlama yang pernah saya jalani, justru dengan orang yang tidak seiman, dan Saudara tahu apa sebabnya? Karena saya telah termakan dengan filsafat kosong si Iblis tentang cinta. Dan hal itu berakibat hampir saja saya meninggalkan Tuhan, hampir saja saya berpindah keyakinan hanya karena cinta. Namun Tuhan itu baik, kalau Tuhan sudah memilih dan menetapkan saya untuk melayani, maka Ia akan melakukan berbagai cara untuk membuat saya kembali kepada-Nya. Singkat cerita, akhirnya pacar saya itu pindah ke Jakarta, beberapa hari saya merasa sedih karena merasa kehilangan dia. Setelah itu saya mulai kenal dengan persekutuan di GSII EL-Adonnai, dan disini Tuhan ‘memaksa’ saya untuk selalu mendengarkan suara-Nya, karena di tempat ini karunia-karunia Tuhan bekerja begitu luar biasa, sehingga saya menyadari kebodohan saya yang selama ini lebih mendengarkan suara dunia. Tuhan melepaskan saya dari jerat si Iblis dan saat ini saya bersyukur saya dapat tetap berdiri untuk melayani-Nya. Meski saya harus bayar harga, saya akan terus mengikuti dan melakukan apa yang Tuhan mau dalam hidup saya.

Namun, belakangan ini saya malah mendapatkan beberapa undangan pernikahan teman saya, dan mereka semua menjual iman mereka hanya karena cinta. Saya menangis di hadapan Tuhan, sampai-sampai saya berkata mengapa Tuhan hanya membuat saya saja yang sadar? Mengapa Tuhan tidak membuat mereka tersadar juga? Lalu Tuhan memberi pengertian, bahwa itu semua adalah pilihan mereka. Bagaimana bisa mereka sadar, bagaimana bisa mereka berbalik, kalau volume suara Tuhan tidak pernah mereka pasang? Kalau yang mereka dengarkan itu hanya suara dunia? Keinginan mereka sendiri? Sesungguhnya Saudara, Tuhan kita itu bukanlah Allah yang otoriter, Tuhan ingin kita sendiri yang membuka hati kita untuk lebih mendengarkan suaraNya dalam hidup kita. Tuhan juga ingin melihat hati kita, apakah kita sungguh mengasihi-Nya, lebih dari apapun di dunia ini. Saat ini saya mengajak Saudara untuk membuka hati, mari kita mulai perkeras volume suara Tuhan dalam hidup kita. Sedalam apapun kita jatuh, sekelam apapun hidup kita, mari kita buka hati kita lagi untuk suara Tuhan itu masuk dalam hidup kita. Dengarlah, dengarlah suara-Nya yang memanggil Saudara. Jangan lagi menutupi suara Tuhan dengan suara-suara dunia, make His voice louder than life! Seek Him, and we shall live! (Amos 5:4b)

Jumat, 14 Oktober 2011

Persatuan dan Harmoni


Apalah daya seekor semut? Bukankah ia hanya binatang yang amat kecil? Ia tidak dapat berbuat apa – apa jika ia hanya sendirian. Namun ketika ia berkumpul dengan koloninya, mereka dapat memangsa seekor kaki seribu yang ukuran badannya ribuan kali lipat ukurannya! Kekuatan mereka berasal dari kerja sama dan kesatuan koloni mereka.

Seekor angsa hanya dapat terbang mungkin sejauh puluhan kilometer saja. Namun ketika ia terbang berkelompok dengan formasi V, formasi yang tidak diajarkan oleh siapa pun (dan mereka tidak mengikuti kursus tertentu untuk belajar formasi itu), mereka dapat terbang sejauh ribuan kilometer lintas negara dan lintas lautan! Formasi V lahir dari kesatuan dalam kelompok mereka.

Apalah arti suara simbal jika ia hanya sendirian? Hanya akan membuat telinga kita merasa sakit saat mendengarnya. Namun lihatlah, ketika ia bergabung dengan suara – suara lain dalam sebuah orchestra, ia akan membuat orchestra itu menjadi harmoni yang indah sekali.

Persatuan tidak berbicara mengenai kesamaan, namun persatuan adalah sebuah harmoni. Dimana masing-masing bagian memainkan musiknya. Persatuan juga bukanlah satu suara yang dipaksakan. Pernahkah Anda melihat sebuah orchestra namun hanya terdiri dari piano saja? Atau biola saja? Itu bukanlah harmoni. Di dalam persatuan mungkin ada banyak perbedaan pendapat, dan janganlah memaksakan kebenaran satu pendapat, itu akan membuat harmoninya kacau, suasananya berubah.

Harmoni adalah meski kita menyanyikan nada yang berbeda (suara 1 dan suara 2), namun kita menyanyikan lagu yang sama, dengan ketukan dan birama yang sama, dan mengakhiri lagunya bersama – sama. Dalam sebuah harmoni dibutuhkan sebuah pengertian yang besar, ada kalanya waktu untuk piano memainkan nadanya sendirian, ada kalanya penyanyi bernyanyi dan music berhenti, dan ada waktu untuk bermain bersama menciptakan paduan music yang merupakan gambaran dari sebuah persatuan. Untuk menciptakan hal seperti itu, tidak bisa secara instan begitu saja, dibutuhkan banyak waktu berkumpul untuk latihan, untuk mengenal karakter masing – masing bagian agar mereka dapat menyajikan perpaduan music yang indah. Dan yang tidak kalah penting adalah, setiap bagian mengerti karakter mereka, dan kapan mereka harus memainkan bagian mereka.

Satu masalah klasik dalam gereja sejak dulu adalah masalah persatuan. Terlalu banyak denominasi gereja yang muncul dan memisahkan diri karena mereka menganggap ajaran mereka yang paling benar. Ini merupakan salah satu beban yang Yesus rasakan, bahkan ketika Ia hidup di dunia, Ia berdoa agar kita menjadi satu (Yohanes 17:21). Dan ini adalah doa Yesus yang belum terjawab. Banyak gereja yang malah saling menjegal, mengejar kemuliaan diri, tanpa pernah mau mengerti bahwa Yesus rindu untuk anak – anakNya menjadi satu.
Saudara tahu betapa dahsyatnya kekuatan yang ditimbulkan oleh persatuan?
·         “Mereka ini satu bangsa dengan satu bahasa untuk semuanya. Ini barulah permulaan usaha mereka; mulai dari sekarang apa pun juga yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak akan dapat terlaksana.” (Kejadian 11:6). Itu bukan manusia lho yang ngomong, tapi Tuhan sendiri yang ngomong, how great is the power of unity, betapa dahsatnya kekuatan sebuah persatuan! Cuma, saat itu manusia menggunakan persatuan mereka untuk sesuatu yang salah, untuk meninggikan diri mereka, oleh karena itu Tuhan menggagalkan rencana mereka dengan membuat mereka terpecah. Penting bagi setiap kita untuk menempatkan Tuhan di atas semuanya, termasuk di dalam persatuan kita. Biarlah Tuhan yang pimpin, dan lihat, tidak ada hal yang mustahil!
·         “Bagaimana mungkin satu orang dapat mengejar seribu orang, dan dua orang dapat membuat lari sepuluh ribu orang” (Ulangan 32:30). Salah satu kekuatan persatuan adalah kekuatan multiplikasi untuk mengalahkan musuh. Apa itu? Renungkan baik – baik ayat di atas, 1 orang mengalahkan 1000 orang, 2 orang mengalahkan 10000, dan jika saya boleh meneruskan, 3 orang mengalahkan 100000, 4 orang mengalahkan 1000000, dan 7 orang mengalahkan 1 milyar musuh! Dan dibagian akhir ayat tersebut mengatakan, “…dan TUHAN telah menyerahkan mereka.” Ya, intinya tetap Tuhan yang mengalahkan musuh, namun tetap kita tidak boleh melupakan faktor persatuan itu, karena itu adalah faktor multiplikasi jumlah musuh yang dapat kita kalahkan! Bayangkan jika dalam 1 kota gereja – gereja mau bersatu, musuh seperti apa pun pasti bisa dikalahkan untuk membawa kota itu kepada TUHAN!
·         “Dan lagi Aku berkata kepadamu : Jika dua orang sepakat meminta apa pun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. Sebab dimana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah – tengah mereka.” (Matius 18:19-20). Tuhan kita mengerti betapa sukarnya anak-anakNya untuk menyatukan diri dalam sebuah persatuan. Ia pun berpikir kembali dan berkata, “Adalah sulit untuk mendapatkan tiga manusia untuk bersepakat dalam hal apa pun. Baiklah, hanya dua atau tiga orang saja.” Berapakah jumlah minimum kurang dari dua untuk menciptakan kesatuan? Allah telah ‘merendahkan penghalang itu’ ketika Ia berkata “dua atau tiga”. Dan melalui kesatuan yang kecil itu, Allah hendak memberikan kuasa, dan apa pun yang mereka minta akan dikabulkan. Namun tetap harus diingat, bahwa Yesus harus berada di tengah-tengah persatuan itu, agar setiap hal yang mereka minta, merupakan hal yang sesuai dengan kehendak Bapa.

Saudara, musuh dari kesatuan adalah ketidaksatuan. Dan inilah yang sedang Iblis kerjakan dengan gencar, yaitu membuat anak-anakNya terpecah belah. Dan ini merupakan sebuah ancaman serius. Namun juga sebaliknya, kesatuan anak – anak Tuhan juga merupakan ancaman serius bagi Iblis, karena ketika anak – anak Tuhan bersatu, maka milyaran Iblis dapat dipukul kalah! Dimana pun kita ditempatkan, mari kita bangun kesatuan satu dengan yang lainnya, ijinkan Tuhan berkarya melalui persatuan kita, dan biarlah kita menjawab doa Yesus, “Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu.” (Yohanes 17:22). Tuhan memberkati!

Batas VS Sabat


Batas VS Sabat
Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat. Keluaran 20:8
Banyak dari kita yang tahu tentang perintah Tuhan yang keempat tersebut dalam kesepuluh hukum Allah. Saat saya membaca ayat tersebut dengan seksama, saya agak tersentak juga. Pertama kali Tuhan berkata, “Ingatlah akan hari Sabat!” Ternyata saat – saat ini Tuhan mendapati banyak orang Kristen yang tidak mengingat hari Sabat, mereka lupa, bahkan mungkin tidak mau peduli lagi. Alasannya pun bermacam – macam, ada yang karena pekerjaan, ada yang karena mengurus rumah tangga, ada yang karena pacarnya, dan masih banyak lagi alasan – alasan lainnya. Apa pun alasannya, bila kita tidak mengingat hari Sabat, maka kita melanggar perintah Allah, kita berdosa di hadapanNya. Ada begitu banyak hal yang membatasi orang Kristen untuk hanya sekedar mengingat hari Sabat, padahal hari Sabat itu hari dimana Tuhan mencurahkan berkatNya (Keluaran 20:11)! Lalu, Tuhan berkata pula, “Kuduskan hari Sabat!” Kalau kita bisa mengingat hari Sabat, itu bagus. Namun sudahkah kita menguduskannya? Apakah kita datang dengan kesungguhan hati saat kita beribadah pada hari Sabat? Ataukah ibadah kita hanya sekedar rutinitas belaka? Menguduskan berarti membuat segala sesuatunya kudus, tidak tercemar oleh apa pun. Saat beribadah, motivasi kita harus benar, jangan tercampur motivasi yang salah. Kita juga hendaknya membawa seluruh hidup kita, kesungguhan hati, dan kerinduan untuk lebih mendekat pada-Nya saat kita datang beribadah, karena dapat dipastikan bahwa Allah akan hadir dan melawat serta memberkati kita.
Berbicara tentang batas, kita akan membahas beberapa hal yang membatasi orang Kristen untuk mengingat dan menguduskan hari Sabat.
·         Self Problem. Yang pertama adalah masalahnya terdapat di dalam diri kita sendiri. Rasa malas dan kesibukan pekerjaan merupakan alasan yang umum dikemukakan untuk tidak mengingat hari Sabat. Saat ini saya mau katakan, bersekutu dengan Tuhan jauh lebih berharga dari uang yang Anda dapat, bersekutu dengan Tuhan akan menggantikan rasa malas Anda dengan sukacita Tuhan. Tahukah Saudara betapa rindunya Tuhan untuk bersekutu dengan Saudara? Ia memberi kita 7 hari dalam seminggu, dan Ia hanya meminta kita untuk menguduskan hari yang ketujuh, apakah itu terlalu berat? Mari kita datang kembali kepadaNya, karena Ia menanti kita dengan tanganNya yang penuh dengan kasih. Saudara, ada masalah lain dalam diri Saudara yang lebih berbahaya, yang membatasi kerinduan Saudara, itu adalah :
o   Intimidasi diri. Ketika kita berbuat dosa, sering kali kita menghindar dari ibadah. Saya sering mendengar orang berkata, “Hatiku sedang kotor, aku berdosa, aku mau membersihkan hatiku dulu, baru aku mau datang beribadah.” Saya mau bertanya, sanggupkah Saudara membersihkan hati Saudara? Bukankah kita semua orang berdosa? Bukankah Ia mengorbankan diriNya untuk dosa-dosa kita? Saya tidak sedang berkata bahwa kita boleh terus melakukan dosa dan tetap beribadah kepadaNya, no, I do not say that. Namun sadarilah, intimidasi diri itulah yang membuat kita tidak bisa menerima anugerah Tuhan yang akan menguduskan hidup kita. Saat hati kita kotor karena berdosa, bawalah kerinduan hati kita dan minta ampun kepada Tuhan, mintalah hati yang baru, jangan malah semakin menjauh. Di luar Tuhan kita tidak dapat berbuat apa-apa, dan ingatlah, Ia berkenan pada hati yang hancur dan jiwa yang remuk.
o   Karakter/sifat kita. Seringkali, baik sadar atau tidak, sifat/karakter kita lah yang membatasi kita untuk datang kepada Tuhan, yang membatasi kita untuk dipakai Tuhan secara lebih lagi. Banyak orang yang level pemakaian Tuhannya berhenti di level tertentu, karena ia berkata, “Aku ngga bisa, aku ngga mampu,ya beginilah aku, cuma segini yang bisa kulakukan.” Saudara, jangan pernah berpikir tentang mampu atau tidak, karena saat kita hendak dipakai Tuhan, persoalannya hanya kita mau atau tidak, dan Tuhanlah yang akan memampukan kita. Ada pula orang yang berpikir seperti ini, “Ah, yang penting cukup percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamatku, cukup, ngga perlu repot – repot ibadah setiap minggu.” Itu merupakan pemikiran yang salah besar! Di dalam kitab Keluaran, sampai dituliskan 2 buah perikop yang berjudul Peringatan untuk menguduskan hari Sabat (Kel. 31:12-17; Kel.35:1-3). Hukuman bagi orang yang tidak menguduskannya adalah mati! Mati disini bisa berbicara tentang mati rohani, mati berkat, atau kematian yang sesungguhnya. Ingat, tidak seiota pun dari hukum Taurat akan ditiadakan. Lalu, apakah maksud dari hari Sabat itu? Yang pertama jelas, itu adalah hari dimana Tuhan mencurahkan berkatNya, kalau kita mau menerima berkat, ya kuduskanlah hari Sabat. Yang kedua, kita harus ditanam di Bait Allah, agar kita dapat berbuah dan menjadi saksiNya (Mazmur 92:13-16). Gereja merupakan tempat kita bertumbuh dan berbuah, tanpa kita aktif di dalamnya, akan sangat sukar untuk kita bertumbuh dan berbuah.
·         Community Problem. Komunitas yang kita miliki, baik di lingkungan kerja, sekolah, maupun gereja, seharusnya member dampak positif bagi kita. Namun tak jarang juga komunitas itu malah menyebabkan masalah yang berdampak negatif bagi kita, terlebih lagi berdampak pada hubungan kita dengan Tuhan.
o   Keluarga. Keluarga merupakan komunitas pertama yang kita kenal, dan dari sinilah karakter dasar kita terbentuk. Seorang anak akan bertumbuh menjadi anak yang baik atau nakal, itu tergantung dari bagaimana keluarga itu membentuknya. Dan tidak sedikit anak – anak yang broken home, membatasi diri mereka untuk datang beribadah. Entah karena minder atau malu atau merasa tidak layak, mereka lebih memilih mencari pelarian di dunia. Bagi Saudara yang broken home, pelarian Anda di dunia tidak akan memberi Anda kedamaian yang sejati, hanya Yesuslah yang mampu membalut luka Anda, dan Ia akan memberi kedamaian yang sejati. Ampunilah keluarga Anda, dan datanglah kepadaNya, jangan biarkan masalah ini menghalangi Anda untuk merasakan kasih Allah dalam hidup Anda.
o   Pergaulan. Nah, kalau hal yang satu ini sudah benar – benar amat nyata dalam kehidupan anak Tuhan. Saat mereka mengenal pergaulan yang buruk (Saudara tentu bisa mendefinisikan pergaulan yang buruk), kecenderungannya adalah mereka tidak akan mengingat hari Sabat. Mereka akan lebih memilih main game bersama teman mereka, atau jalan – jalan dengan teman – teman mereka, daripada datang beribadah ke rumah Tuhan. Ingat Saudara, pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik. Jaga pergaulan kita, dan kuduskanlah hari Sabat.
o   Gereja. Tidak sedikit orang yang enggan pergi ke gereja karena melihat komunitas di gereja mereka. Mereka melihat pelayan – pelayan Tuhan yang tidak kudus, mereka melihat orang – orang yang menjadi batu sandungan dalam komunitas itu, sehingga mereka berpikir, “Wah, kalau pelayan Tuhan aja seperti itu, gimana dengan aku nantinya?” Orang menjadi ilfeel untuk sekedar datang ke gereja, karena melihat sikap hidup pelayan Tuhan yang tidak benar. Saudaraku, saya ingin mengingatkan bahwa Tuhan mengijinkan ilalang bertumbuh bersama dengan gandum, dan tujuannya adalah untuk menguji iman kita. Jadi, kalau kita tidak datang ke gereja hanya karena melihat ada begitu banyak ilalang di gereja, kita sedang melakukan kesalahan besar. Jangan menjadi kecewa dengan pelayanan yang orang lain lakukan, namun alangkah baiknya kalau kita melihat pelayanan kita sendiri, sudahkah kita memberi yang terbaik kepadaNya? Daripada kita dipusingkan dengan ilalang – ilalang itu, lebih baik kita terus bertumbuh di Bait Allah, terus berbuah, dan menjadi berkat bagi orang lain! Tidak gampang memang, namun ingatlah, berbahagialah manusia yang kekuatannya di dalam Tuhan.

Tuhan memberkati :-)

Pemutih


…Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba. Yesaya 1:18

Banyak iklan pemutih di TV yang mengatakan bahwa produk mereka sanggup memutihkan pakaian yang terkena noda apapun. Memang dalam iklan tersebut terlihat meyakinkan, namun suatu kali saya pernah memakai pemutih untuk membersihkan noda cat pada pakaian putih saya. Alhasil, masih ada noda yang tersisa, pemutih itu tidak bekerja dengan sempurna. Saudara, ada satu pemutih tetapi berwarna merah, yaitu darah Kristus. Dosa kita yang merah seperti kirmizi dan kain kesumba akan dibuat menjadi seputih salju dan bulu domba! Dan saya jamin pemutih dosa ini bekerja 100%, percayalah! Tuhan memberkati.

Kasih Seorang Bapa


Siapakah Allah seperti Engkau yang mengampuni dosa, dan yang memaafkan pelanggaran dari sisa – sisa milik – Nya sendiri; yang tidak bertahan dalam murka – Nya untuk seterusnya, melainkan berkenan kepada kasih setia? Mikha 7:18

Saya teringat kepada perumpamaan tentang anak yang hilang (Lukas 15:11-32), dimana si bungsu meminta bagian warisannya meski ayahnya masih hidup. Ayahnya pun memberikan apa yang diminta si bungsu itu, dan akhirnya si bungsu pergi berfoya – foya dengan harta warisannya itu. Pada akhirnya harta si bungsu itu habis, dan ia mulai menyadari kesalahannya. Dengan penuh penyesalan, ia memberanikan diri untuk kembali pulang, dengan rasa tidak layak yang teramat sangat. Namun ayahnya menyambutnya dengan penuh kasih bahkan membuat pesta! Kalau kita menyadari segala kesalahan kita, datanglah pada Bapa, beranikan diri untuk meminta belas kasihanNya selama pintu anugerah masih terbuka, karena Ia adalah Bapa yang penuh dengan kasih dan setia. Tuhan memberkati.